Profil Desa Wisata Lerep
1.
Sejarah
Desa Lerep
Sejarah
nama Desa Lerep
tidak lepas dari cerita rakyat Babat Nyatnyono dengan
tokoh utama Bambang Karto Nadi yang sekarang dikenal sebagai Sunan Hasan Munadi
yang dimakamkan di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat. Hasan Munadi tercatat sebagai punggawa Kerajaan
Demak dengan pangkat Tumenggung. Beliau dipercaya memimpin tentara Demak
mengatasi segala bentuk kejahatan dan keangkaramurkaan yang mengancam kejayaan
kerajaan Demak. Beliau ditugaskan ke wilayah selatan tepatnya di lereng Gunung Ungaran
yang saat itu ada segerombolan orang yang akan merongrong kekuasaan kerajaan
Demak. Gerombolan tersebut dipimpin oleh Ki Hajar Buntit. Dalam perjalanan
panjang peperangan dan pengejaran terhadap gerombolan Ki Hajar Buntit, Hasan
Munadi pernah singgah di suatu tempat dimana tempat tersebut berada di lereng
Gunung Ungaran sebelah utara, dalam persinggahan sementara ditempat tersebut
Hasan Munadi memutuskan untuk beristirahat dari peperangan (Leren) dan
melakukan muhasabah menenangkan hati (menep) memohon petunjuk dari Allah SWT.
Dalam muhasabah tersebut Hasan Munadi
merasakan kentraman, kedamaian. Bentang alam yang indah, air yang melimpah,
juga terdapat dataran yang memungkinkan untuk bercocok tanam maka Hasan Munadi
menugaskan beberapa prajuritnya untuk
tinggal ditempat ini guna membuka lahan pertanian. Kelompok yang ditugasi babat
alas di lokasi ini dipimpin oleh Kyai Dangu. Dan tempat ini diberi nama Lerep
yang berarti Leren dan menep.
Dalam jejak
sejarah yang tertulis dalam buku C Desa Lerep, Karto Amijoyo sebagai Lurah
Pertama yang tercatat memimpin Desa Lerep berkisar dari tahun 1920-1955. Tentunya ada penguasa (lurah) sebelum Karto Amijoyo
tetapi belum ditemukan jejak sejarahnya. Pada tahun 1930-an Karto Amijoyo yang saat itu memimpin Desa Gorno yang membawahi pedukuhan
Tegalrejo, Karang Tengah yang saat ini menjadi daerah Kretek, Lorog dan
Karangbolo menggabungkan diri dengan
Desa Lerep yang terdiri dari pedukuhan Soka, Lerep, dan
Indrokilo yang pada saat itu terjadi
kekosongan pemimpin. Pada tahun 1980-an di wilayah Kretek terdapat
Perumahan yang bernama Perumahan Mapagan selanjutnya pada Tahun 2013 ditetapkan
sebagai Dusun Mapagan. Setelah Karto Amijoyo selanjutnya lurah digantikan oleh
Yusman tahun 1955-1963, Suhari tahun 1963 - 1973, Sunarno tahun 1973 - 1991,
Suwarno tahun 1991-1999, Sofiyanto tahun 1999 – 2007, Sumariyadi tahun
2007-2025.
2.
Kondisi
Geografi Desa Lerep
Desa Lerep merupakan salah satu
desa di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang yang berada
di ketinggian 344-940 mdpl. Batas wilayah Desa Lerep sebelah utara Kelurahan Bandarjo dan Sumur Rejo, Selatan Desa Nyatnyono, Barat Desa Kalisidi dan Keji, Timur Desa Nyatnyono dan Kelurahan Ungaran.
Desa Lerep terletak di pada titik
geografis 110˚21'45"
- 110˚23'45" BT dan 07˚06'30"
- 07˚08'50" LS. Bentuk topografi desa 217,12 Ha datar, 209,77 Ha
bergelombang, 236, 36 Ha curam, 109,07 Ha sangat curam. Suhu desa biasanya
mencapai lebih kurang 22-30 ˚C. Orbitasi Pemerintahan Desa Lerep : 0,9 km dari Pusat Pemerintahan Kecamatan, 1,85 km
dari Pusat Pemerintahan Kabupaten, 18 km dari dari Pusat Pemerintahan Provinsi, 471 km dari Ibu Kota Negara.
3.
Potensi Wisata
Desa
Wisata Lerep memiliki atraksi
wisata Edu-Ecotour antara lain
bercocok tanam, beternak, pemanfaatan bahan limbah, pengolahan susu sapi, kopi dan gula aren,
kerajinan bambu. Terdapat Wisata
alam yaitu air terjun curug Indrokilo, Sunrise
Puncak Ngipik , bentang sawah yang indah serta sungai Pangus yang jernih penuh bebatuan alami.
Ada Wisata
Budaya tradisi sadranan,
iriban, kadeso dan Gepuk Bumbung.
Kesenian yang ada
yaitu tari caping gangsing, tari gambyong, tari soyong, tari denok Semarang, kesenian jaran
kepang, reog, angklung, drumblek
dan rebana. Pasar
Jajanan Ndeso Tempo Dulu hadir setiap minggu pagi yang menyajikan
makanan dan minuman tradisional desa yang dihidangkan dengan bambu, daun dan
anyaman serta pembuatannya tanpa pewarna ataupun bahan kimia (go Green).
Desa
Lerep memiliki Embung yang bernama Embung Sebligo di pergunakan untuk pengairan
Sentra Pemberdayaan Tani Durian yang menanam 3000 durian di lahan 20 ha milik
warga dengan anggota 120 orang petani. Pengelolaan
Obyek wisata Embung dikelola
oleh Pemerintah Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Gerbang Lentera. Dalam pemasaran dan pelaksanaan paket wisata, Bumdes bekerja sama dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang ada di Desa Lerep.
Wahana Wisata yang akan dikembangkan di komplek Embung
Sebligo yang menempati Tanah Kas Desa seluas 6 hektar adalah wahana becak air, pemancingan gala tama,
taman kelinci, taman bunga DWL, taman kebun durian, Kafe Embung, kolam renang
standar Nasional, Water Park, Camping Ground, Gedung Teater Film Edukasi,
Gedung Pertemuan, Pasar Kuliner Jajanan Tradisional Tempo Dulu.
Modal untuk pembangunan wahana wisata tersebut
merupakan patungan antara Pemerintah Desa Lerep bersama Warga Desa Lerep. Agar
masyarakat Desa Lerep semuanya bisa berinvestasi ikut sebagai pemodal maka diadakan program Tabungan Masyarakat Desa Lerep (TMDL). Warga yang berinvestasi dapat mengawasi
investasinya melalui
aplikasi Sistem Pengelolaan Administrasi (SiPeSi) serta dapat melihat besaran
investasi yang dikelola dan keuntungan yang didapat
secara real time.
4.
Paket
Wisata
Paket Wisata yang ada di desa
wisata Lerep adalah Paket
wisata Ndeso Edu Eco-Tour.
Budaya tradisional yang masih kental masih terjaga dengan baik secara turun
temurun, kesenianpun enggan dihilangkan oleh generasi muda.
Pengunjung akan mendapatkan
penyambutan istimewa dari warga Desa Wisata Lerep. Setiap tamu yang datang akan
disambut dengan tarian tradisional khas desa wisata Lerep yaitu tari caping
gangsing, sebuah tarian yang menceritakan kehidupan petani desa wisata Lerep
dimana caping menjadi piranti penting
dalam melakukan pekerjaan di sawah dan kebun untuk melindungi kepala dari terik
matahari dan sengatan hewan. Minuman tradisional seperti jamu atau susu sapi
murni sebagai suguhan penyambutan (welcome
drink).
Desa wisata Lerep memiliki 60 homestay dimana homestay tersebut adalah
rumah warga yang memiliki kamar kosong untuk disediakan bagi tamu, sehingga
para tamu bisa live in serta berinteraksi juga
dengan warga di homestay. Para tamu juga dapat belajar kesenian dan kebudayaan
khas desa wisata Lerep seperti seni drama dan tari, tradisi budaya Iriban
(selamatan di sumber air) dan tradisi Kadeso atau bersih desa di setiap Dusun.
Juga dapat berinteraksi dengan alam dengan menikmati indahnya air terjun “Curug
Indrokilo”, hamparan sawah, pemandangan lampu-lampu kota di malam hari dan sunrise dari puncak Lerep.
Harga Paket yang ditawarkan dibagi
menjadi 2 macam yaitu one day tour (4
sampai 6 jam) dan live in (2 hari 1
malam), harga paket one day tour
mulai dari Rp. 55.000,- sampai dengan Rp. 150.000,-, sedangkan Paket live in mulai dari Rp. 150.000,- sampai
dengan Rp. 300.000,- .
Komentar
Posting Komentar